Bisa jadi, Tuhan yang saya sembah, adalah Tuhan yg picik, sepicik fikiranku, yang telah membuatNya. Bisa jadi juga, Tuhan yang Anda sembah, adalah juga Tuhan yg picik, Sepicik fikiran Anda, yang telah membuatNya. PERGOLAKAN PEMIKIRAN, zona para pemerhati dan perindu kebenaran. Singsingkan motifasi positif dalam berbeda pendapat. Pancarkan semangat fair-play dalam tiap kompetisi. Waspada untuk tak terjebak dalam stagnasi. Butuh nyali untuk berenang, menyelam dan terbang. Waspadai Ide ! Waspadai Fikiran ! Waspadai Kehendak !

SENJATA MAKAN TUAN

Sore yang cerah, disebuah sekolah sore, sebuah madrasah.
Yth. Pak Guru mengajar kami, kelas 4, Tauhid Wadhih, di bab pertama.

Limaadza ta'taqiiduka annallooha maujuudun?
Bagaimanakah kalian meyakini bahwa Alloh itu ada?

Kemudian Pak Guru mulai menerangkannya.
(Aslinya menggunakan bahasa jawa, logat pedesaan).

"Ini apa. anak-anak...?".
"Kapur Pak Guru...".
"Kapur ini ada sendiri atau ada yang membuat, anak-anak...?".
"Ada yang membuat, Pak Guru...".
"Siapa yang telah membuat kapur ini, anak-anak...?".
"Tidak tahu, Pak Guru...".
"Tapi apakah pasti ada yang membuat kapur ini, anak-anak...?".
"Pasti ada yang telah membuatnya, Pak Guru...".

Kemudian, Pak Guru menanyakan benda-benda yang ada didalam kelas.
Sejak dari kursi, bangku, papan tulis, dinding, atap, hingga usuk, reng & paku.
Bahwa semua yang ada disitu, semuanya ada yang membuat.

Pak Guru juga menanyakan yang berada diluar kelas.
Rumah-rumah, musholla, masjid, jalan raya, tumbuhan, binatang... dst...
Semuanya itu ada yang membuat. Pasti & jelas, ada yang membuat.

Lalu Pak Guru mulai menanyakan hal-hal yang lebih besar...
Bumi, bulan, matahari, galaksi, manusia, alam rahim, alam dunia... dsb...
Semuanya itu ada yang membuat. Pasti & jelas, ada yang membuat.

Setelah menanyakan semua itu tadi...
Lalu kami diajak untuk menyimpulkannya.
Bahwa setiap yang ada, pasti ada yang membuatnya.
Terlepas dari siapa yang telah membuatnya, sudah tehu ataupun belum.
Tapi pasti, bahwa...
SETIAP SESUATU YANG ADA, PASTI ADA YANG MEMBUATNYA.

Pelajaran selesai... Baca Surat Wal-'Ashri... Qiyaaman... Wassalam & pulang.

Sore temaram, gerimis kecil, suara cenggeret sayup-sayup makin reda.
Aku tak peduli dengan teman-teman yang bermain-main air bergelak tawa.
Kukepit buku di ketiak kiri, daun pisang ditangan kanan memayungi kepala.
Jalan setapak yang agak licin berlumut, melintasi petakan kebun-kebun ketela.

Pikiranku terpaku sejak tadi. Sejak dikelas tadi. Tak mau bergeser sama sekali.
Ada sebuah pertanyaan yang membuatku gelisah. Tak pernah bisa kusingkirkan.
Terus saja ia berteriak dalam benak, menggebu, penasaran... tapi meresahkan.

Setiap yang ada, niscaya ada yang mencipta.
Alam semesta ada, niscaya ada yang mencipta.
Tuhanlah Sang Pencipta alam semesta.
Itulah bukti keyakinan kita bahwa Tuhan itu ada.

Itulah kesimpulan dari pelajaran terakhir dikelas tadi.
Kesimpulan itulah yang kian menggelayuti pikiranku tanpa henti.
Tanpa terasa, aku telah sampai dirumah, lalu aku mulai bersih-bersih lampu.
Lalu beli meinyak tanah, mengisikannya, dst, hingga petromaks pun telah menyala.

Bagai otomatis, semua berjalan, sementara pikiranku tetap terpaku gelisah.

Setiap yang ada, pasti ada yang membuat.
Apakah Tuhan itu ada? Ya, ada.
Sedangkan setiap yang ada, pasti ada yang membuat.
Lalu, siapakah yang telah membuat Tuhan?
Bukankah setiap yang ada pasti ada yang membuat?
Ya. Setiap yang ada pasti ada yang mencipta.
Lalu.... Apakah Tuhan ada? Ya, jelas ada !!
Bukankah setiap yang ada pasti ada yang mencipta...?
Lalu... Siapakah yang telah mencipta Tuhan... ???? !!!!

Kian gelisah. Semakin resah. Itu kan pertanyaan yang sangat tabu.
Itu kan pertanyaannya orang-orang kafir... Itu kan... Uuuuh... makin resah.

Usai jamaah sholat isya', dengan gontai kumelangkah pulang dari musholla.
Padahal tadi rencana mau menanyakannya kepada Pak Ustadz usai mengaji.
Namun ternyata aku tak berani menyampaikannya.
Setelah Ayahku pulang, ingin bertanya... pun tak berani lagi...

Setiap yang ada, pasti ada yang mencipta.
Tuhan ada. Padahal setiap yang ada pasti ada yang mencipta.
Lalu siapa yang mencipta Tuhan... ???? !!!!!

Kutemui kakakku, tapi ternyata aku tetap tak berani.
Bukankah itu pertanyaan orang-orang yang tidak beriman...?
Bukankah itu...
Bukankah....
..............
..............

Wahaiiii, siapakah yang mau membantuku dari kekafiran ini... ??
.............. ..............
Setahun pun berlalu... tersimpan rapat tanpa jawaban...

Wahaiiii, siapakah yang mau membantuku dari kekafiran ini... ??
.............. ..............
Lima tahun pun berlalu... tersimpan rapat tanpa jawaban...

Wahaiiii, apakah aku kafir dengan pertanyaan ini... ??
.............. ..............
Tujuh tahun pun berlalu... tersimpan rapat tanpa jawaban...

Wahaiiii, bukankah Tuhan memberi pikiran untuk berpikir & bertanya... ??
.............. ..............
Baru kemudian, di 22 tahun usiaku, bagai petasan yang meledak...
Keberanianku tumbuh, ketegaran pun bersemi membara....
Mungkin karena akau kini adalah seorang tentara, Bintara Muda.

Tiada seorangpun yang kuajak menemani, pergumulan pun kumulai.
Dengan seragam tentaraku kumasuki satu persatu pusat-pusat rumah santri.
Bertanya, bertanya & terus bertanya... Siapa yang mencita Tuhan ??
Mencari, mencari & terus mencari... Siapakah Pencipta Tuhan.

Seribu jalan kulalui, seribu rintangan kulintasi.
Dari 100% yang kutanya, 90% memarahi. Padahal jawaban yang kucari.
9%nya menasehati: Teruskan Nak, nanti akan ketemu yang kaucari.
1%nya lagi... dari sini kudapati lantunan merdu yang membesarkan hati.
Pikiranku diacak-acak, pertanyaanku dipertanyakan... kecerdasanku bagaikan mati.
Perspektif baru, pandangan dunia baru... terbitlah fajar, rumuspun berganti.
Embun dini hari, kini mampu kutampak lagi, beningmu menyimpan jutaan rahasia.

Haripun berganti, ombak meriak, riakpun menepi, pasir memutih dipantai yang sepi.
Kubisikkan keteling hati adik-adikku: masihkah pertanyaan-pertanyaan liar kalian...?
Lalu kami asyik bertengkar, bertanding & bergulat, hingga berratus jusus...
Semoga kalian tak lagi terjebak dengan senjata yang memakan tuan.
Yang telah dikeramatkan dibanyak padepokan, diajarkan ke ribuan orang-orang.
Yang tanpa disadari, ia telah memakan tuannya sendiri, dan dirinya pun termakan.

Setiap yang ada, pasti ada yang menciptakan.
Rumus terdepan dalam ilmu ketuhanan. Senjata pembuktian adanya Tuhan.
Namun, manakala dengan rumus itu ditanyakan: Siapa yang mencipta Tuhan?
Senjata itu kemudian berbalik arah kepemilik rumus itu sendiri.

Wahaiii, apakah kalian masih menyimpan senjata ini?
Semoga kalian berkenan untuk tak berhenti, dari bertanya & mencari.

Walaaquwwata illa billah.